Destiny of Us–Prologue

Destiny of Us (우리의운명)

 

Author             : Nissa Tria

Cover by         : Bhea Trix

Cast                 : Super Junior’s Yesung as Kim Jongwoon

Super Junior’s Donghae as Lee Donghae

Super Junior’s Kyuhyun as Cho Kyuhyun

SHINee’s Minho as Choi Minho

SHINee’s Taemin as Lee Taemin

APink’s Yookyung as Kim Jinju

APink’s Bomi as Park Jina

APink’s Eunji as Ahn Sorin

APink’s Naeun as Im Sora

APink’s Chorong as Park Hyojin

Genre              : Romance, Friendship,Fan Fiction, Family, etc

Rate                 : PG+13

Length             : Chapter

Disclaimer       : “Ide-ide yang berada di sini adalah asli imajinasiku, kalau-kalau ada kesamaan tokoh, karakter, dsb, aku benar-benar tidak tahu-menahu soal itu.”

P.S                   : Annyeong haseyo …!!! Haha … Aku benar-benar tidak percaya bisa membuat sebuah cerita yang benar-benar bikin aku stressnya minta ampun.I swear … pas aku riset tentang ini-itu, sueran bikin aku stress dan insomnia yang udah selama setahun lebih enggak kambuh, udah seminggu lebih kambuh, dan sekarang aku udah jadi Panda Langsing (gak tela disebut Panda Gemuk, tapi kenyataannya aku emang langsing, kok, haha … :P).

Huaaah … Fanfic ini aku terinspirasi dari sifat temen-temenku di Wattpad ini, ha … ha … Ah, iya … Terima kasih banyak buat Frada Unni, Bea, Sinta, dan juga Jina^^ Kalian telah menginspirasiku untuk membuat intro-introan kayak gini, hi … hi … Awalnya Fanfic ini mau dibuat semacam series, tapi mungkin bakal lebih seru kalau seperti ini karena aku mencantumkan semua sifat aneh kalian di sini, ha … ha … ha … O ya, aku pake member APink untuk membuat imajinasi kalian semakin luas, hehe …

Ah, iya … ini juga postingan pertamaku di sini, awalnya sih gak bakal yang ini, tapi karena yang in sudah diedit dan sebagainya, aku memilih ini aja deh, hehe … Fanfic ini sudah pernah dipublish di sini dan di sini !!!

Baiklah, cukup sekian cuap-cuapnya, budidayakan RCL, ya setelah membaca…!!! O ya, kritik dan saran yang membangun aku tunggu, lho …!!!

Terimakasih … v^.^v

^^ Happy Reading ^^

Destiny of Us—Prologue

Tinggal serumah dengan sekumpulan orang-orang aneh yang berisik memang sudah menjadi takdirku rupanya. Lihat saja sekarang! Sekarang aku sedang berada di tengah-tengah orang-orang aneh yang sangat berisik dan tidak bisa tenang. Oh, ralat! Nampaknya yang sedang membuat keributan saat ini adalah si Tom versi manusia, Ahn Sorin, dan juga si Jerry versi manusia, Im Sora, yang sedang memperebutkan remote televisi di ruang tengah.Sepertinya Soora ingin menonton kartun kesukaannya, sedangkan Soorin ingin menonton acara musik kesayangannya agar mengobati rasa rindu pada salah satu idolanya.

Huh! Apa mereka tidak berpikiran untuk akur? Dari dulu sejak mereka tinggal serumah seperti ini dan sampai sekarang, mereka tidak akan pernah bisa akur layaknya aku, Kim Jinju, si Bungsu, Park Hyojin, dan si Ceria, Park Jina.

Sementara itu, aku mendengar hiruk pikuk suara Jina.Sepertinya Jina sedang kembali bereksperimen dengan bahan-bahan masakan di dapurnya. Ya, Jina memang sangat pintar dalam hal memasak, tidak ada masakan yang tidak bisa ia buat. Dan kali ini aku berdoa, semoga saja iatidak menghancurkan panci, spatula, centong, beserta teman-temannya seperti saat Jina mencoba berkolaborasi bersama Hyojin –yang sama sekali tidak pernah menyentuh panci, kompor, dan teman-temannya- membuat kue penekuk (pancake) hasil eksperimen mereka.

Aku melirik Hyojin.Ia ada di sampingku, tepatnya sedang duduk di kursi meja makan sambil membaca buku novel roman ditemani semangkuk sereal kesukaannya. Ia tampak sangat serius dalam mendalami setiap karakter tokoh dalam novel roman yang sedang dibacanya. Ia juga kelihatan cantik dengan kacamata minus seperempat yang bertengger di hidung mancungnya.

Tiba-tiba ia melirikku, dan mengangkat sebelah alis kanannya. Aku terkesiap, lalu pura-pura menekuni laptop di hadapanku,

“Hyaaaa … harusnya, kan, tanda titik bukan koma …! Aigoo … Jinju ya, jeongmal baboya!”Aku berseru pelan sambil memukul-mukul pelan kepalaku, lalu secepat mungkin berpura-pura mengotak-atik skripsi membosankan ini.Hyojin mengerutkan keningnya, menggeleng pelan, lalu kembali tenggelam dalam dunia romannya.

Fiuh … syukurlah, anak itu memang selalu acuh tak acuh pada keadaan sekitarnya, dan yang terpenting, anak itu tidak berisik seperti Sora dan Sorin yang masih saja ribut di ruang tengah.

Aku kembali melamun.

Mengenal mereka serta tinggal serumah dengan mereka adalah sebuah kado natal yang paling aku sukai dan aku syukuri.Ya … meskipun mereka itu aneh, dan sangat berisik, tapi aku bersyukur karena mengenal mereka.Terutama untuk Hyojin dan Jina.Dua orang ini membuatku belajar tentang artinya persahabatan, dan bersosialisasi.Hyojin dan Jina adalah dua orang yang sangat bertolak belakang sifatnya. “Glace and Sunshine” itu adalah judul buku pertamaku yang terinspirasi dari persahabatan mereka yang penuh dengan perbedaan dan suka cita. Awalnya, aku mengira kalau mereka itu sangat aneh. Hyojin yang kadang bisa sedingin es, bisa jadi cerewet jika ia telah berinteraksi dengan Gadis manis yang hangat seperti Jina. Jina yang cerewet bisa jadi pendiam jika ia telah belajar bersama Hyojin. Dan aku mengibaratkan Jina sebagai sinar matahari atau “Sunshine” dan mengibaratkan Hyojin sebagai es yang beku atau “Glace” dalam buku itu. Jadi, es bisa bersahabat bersama hangatnya sinar matahari, walaupun ia akan mencair.

Keren, bukan? Ha … aku bahagia setelah meluncurkan karya perdanaku dalam dunia kepenulisan. Dan kalian tahu? Buku itu menjadi best seller dan mengalami percetakan ulang lebih dari dua kali.  Itu pun karena permintaan pasar yang semakin meningkat akan buku itu. Dan tentu saja uang yang masuk ke rekeningku semakin banyak setiap minggunya.

Huaaah … aku bahagia sekali waktu itu! Benar-benar bahagia …!

Namun setelah itu, aku bertemu dengan Hyojin dan Jina, lalu mulai berinteraksi hingga akhirnya menjadi sahabat seperti sekarang.Hyojin dan Jina yang merupakan anak orang kaya –sepertiku- jenuh dengan segala peraturan rumah yang membosankan itu –walaupun sebenarnya kami tahu itu untuk kebaikan kami juga. Akhirnya, setelah beberapa lama berunding dan membicarakan konsekuensi yang akan didapat dari langkah yang akan kami ambil dengan keluarga masing-masing, kami memutuskan untuk pisah rumah dari keluarga kami –setelah mendapat ijin dari orang tua tentunya- saat itu kami masih duduk di bangku Sekolah Menengah. Lalu, setelah kami mencari sejumlah rumah besar dengan kapasitas yang kami inginkah, kami menemukan rumah besar yang terletak di Distrik Nowon-gu, Seoul, Korea Selatan.Kami memutuskan untuk membeli rumah besar ini secara patungan dari hasil kerja keras kami untuk bekerja part-time di restoran keluargaku selama enam bulan lebih. Tak lama setelah itu, aku dikenalkan dengan beberapa anak partner perusahaan Appa dan aku mengenal Soorin dan Soora –yang ternyata hidup terkekang di antara peraturan-peraturan membosankan itu. Setelah aku, Hyojin, dan Jina merayu keluarga Soorin dan Soora, mereka mendapat ijin untuk tinggal bersama kami, di rumah besar kami yang sangat nyaman.

Rumah ini cukup besar untuk kami berlima. Terdiri dari dua lantai dengan halaman belakang kecil yang Hyojin sulap menjadi sebuah taman kecil dengan kolam ikan yang dihiasi dengan semacam air terjun. Kolam ikan itu diisi oleh Ikan-ikan Koi dan beberapa ekor ikan kecil berekor pelangi. Tanaman-tanaman hijau, berbagai macam bunga warna-warni, rumput halus, serta kandang Kucing Persia bernama Jinyi, menghiasi taman kecil itu. Taman kecil yang seperti membuat kita tengah berada di Wonderland.

Rumah ini terdiri dari dua lantai. Di lantai atas, ada tiga kamar kami dengan sebuah kamar mandi di masing-masing kamar, sebuah ruang kecil untuk berkumpul di malam hari, balkon di setiap kamarnya, dan juga sebuah sebuah dapur mini tanpa kompor serta alat-alat masak, atau tempat itu lebih tepat kami sebut dengan “Gudang Makanan” karena isi sebuah lemari kecil, serta lemari es yang berada di ruangan itu isinya makanan semua.  Sedangkan di lantai bawah ada dapur yang menyambung dengan ruang makan, ruang tengah dengan sebuah televisi besar, ruang tamu, kamar mandi, dan juga sebuah taman kecil yang sudah aku jelaskan tadi. Di rumah ini tidak ada kamar tamu, karena kami memang enggan menerima tamu.

Rumah ini besar, dan kami sangat betah untuk tinggal di sini.

Huaaah … dan pada saat itu, aku baru sadar kalau itu adalah hadiah natal terindah yang pernah Santa kirimkan untukku.Thanks, Santa … You’re the best …!!!

Aku menepuk pelan kedua pipiku.Apa yang kulakukan? Melamunkan masa lalu?Bukankah skripsiku lebih penting daripada mengingat masa laluku bersama orang-orang berisik itu? Ah, sudahlah, lebih baik aku bermain dengan ikan-ikan itu, atau mungkin bermain dengan Jinyi jika Hyojin mengijinkanku untuk menyentuh Kucing Persia kesayangannya itu. Ha … good idea, Jinju ya …!

Aku mencabut flashdisk tempat dokumen-dokumen pentingku disimpan, lalu segera berlari menuju taman kecil itu.

***

12 responses to “Destiny of Us–Prologue

  1. ah iya. Glace ya? sayang kalo ceritanya gak di lanjutin hehe.. tapi kalo udah stuck ya mau gimana lagi kk. FF baru aja kalo gitu *eh xD

    • Haha… iya nih, udh stuck banget, bingung kalo bikin chaptered 😀
      Glace udh banyak bikin cerita baru kok, cek beranda aja^^ tapi kebanyakan ficlet sih~ soalnya kalo chaptered takutnya malah gak beres lagi~ ^^

    • Hell-O! ^^ senang rasanya dapet reader baru lagi^^ salam kenal ya^^ eniwey, cukup panggil Glace saja, gak ush Author-nim, kesannya kaku sekali^^
      Lanjutkan? Oh, Glace gak bisa janji, soalnya Glace udh stuck .-.

Leave a reply to ara2712 Cancel reply